Kisah Siti Asiyah Istri Fir’aun

Asiyah binti Muzahim adalah salah satu perempuan yang mulia, ia hidup pada zaman Nabi Musa AS. Dan menurut beberapa pendapat ia merupakan keturunan dari Bani Israil.

 

Asiyah hidup pada masa kepemimpinan Fir’aun, raja yang terkenal dengan kekejamannya, bahkan ia telah melampaui batas dengan mengaku sebagai tuhan. Akan tetapi Asiyah adalah perempuan yang mulia dan terjaga, beliau tidak menyembah Fir’aun.

 

Pada zaman dahulu, di Mesir terdapat 2 suku, yaitu suku Qibthi dan Bani Israil, dan Fir’aun merupakan keturunan dari suku Qibthi. Salah satu bentuk dari kekejaman Fir’aun adalah, ia membedakan rakyatnya antara suku Qibthi dan Bani Israil. Ia memberikan kesejahteraan untuk suku Qibthi, sedangkan penderitaan pada Bani Israil. Ia mempekerjakan dan menyiksa kaum laki-laki nya, dan menjadikan kaum perempuan sebagai hiburan dan pemuas nafsu.

 

Suatu hari, sampai kabar pada Fir’aun tentang kecantikan dan kelebihan Asiyah, hingga ia ingin menikahinya. Lalu Fir’aun mengirim utusan untuk melamar Asiyah. Namun Asiyah mengetahui sifat buruk Fir’aun, sehingga Asiyah menolak lamarannya. Fir’aun pun marah atas perlakuan Asiyah, hingga akhirnya ia mengancam akan membakar kedua orang tua Asiyah, jika ia tidak ingin menikah dengan Fir’aun.

 

Karena ancaman tersebut, Asiyah akhirnya bersedia menikah dengan Fir’aun dengan satu syarat, yaitu ia akan mengikuti acara-acara Fir’aun, namun tidak ia tidak mau disentuh olehnya.

Fir’aun menyetujui perjanjian tersebut, dan akhirnya mereka menikah.

 

Ketika Nabi Musa diutus menjadi Rosul, menunjukkan mu’jizatnya, dan mengajak untuk menyembah Alloh, Asiyah pun mengikutinya, ia beriman kepada Alloh dan Nabi Musa. Dan ia tidak bertuhan kepada Fir’aun, sehingga ketika Fir’aun mengetahuinya, ia sangat marah lalu memerintahkan prajuritnya untuk menghukum Asiyah.

 

Hukuman Fir’aun kepada Asiyah bukanlah hukuman yang ringan, dia memerintahkan kepada prajuritnya untuk mengikat Asiyah di bawah sinar matahari. Kedua tangan dan kakinya diikat dengan tali. Hukuman tersebut tidak melunturkan keimanan Asiyah, ia tidak melepaskan keyakinannya, dan tetap bertuhan kepada Alloh.

 

Hukuman bagi Asiyah ternyata tidak hanya itu, Fir’aun juga memerintahkan kepada prajuritnya untuk melemparkan batu besar ke tubuh Asiyah yang sedang diikat itu. Keimanan Asiyah kepada Alloh semakin kuat, ia tidak takut akan hukuman Fir’aun, ia berdo’a kepada Alloh meminta agar dibangunkan sebuah rumah di surga-Nya. Dan pada saat itu juga Alloh mendengar dan mengabulkan do’a nya, sebagaimana firman Alloh dalam Al-Quran surat At-Tahrim ayat 11 :

 

وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّـلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا امۡرَاَتَ فِرۡعَوۡنَ‌ۘ اِذۡ قَالَتۡ رَبِّ ابۡنِ لِىۡ عِنۡدَكَ بَيۡتًا فِى الۡجَـنَّةِ وَنَجِّنِىۡ مِنۡ فِرۡعَوۡنَ وَعَمَلِهٖ وَنَجِّنِىۡ مِنَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِيۡنَۙ

 

Artinya : “Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir’aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkan lah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim”.

 

Rahmat Alloh begitu besar kepada hamba-Nya, terutama pada seseorang yang memiliki keimanan yang sangat kuat, seperti Asiyah. Dengan kasih sayang Alloh, sebelum batu besar tersebut mengenai tubuh Asiyah, Alloh terlebih dahulu mencabut nyawanya, sehingga Asiyah tidak merasakan sakitnya dihantam batu besar tersebut.

 

Sahabat seiman rohimakumulloh..

Itulah kisah Asiah, istri Fir’aun yang dimulyakan oleh Alloh SWT. Semoga kita bisa meneladani keteguhan keimanan beliau.

Aaammiin yaa robbal ‘aalamiin

Wallohu a’lam bisshowab

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan